Dalam dunia industri tekstil, zat pewarna memiliki peran yang sangat penting, karena memberikan nilai atau estetika kepada sehelai pakaian. Pewarna pada industri tekstil terbagai menjadi dua jenis yaitu alami dan sintetis. Untuk pewarna alami terbuat dari bahan alami, seperti kunyit, daun pandan, dan buah kakao. Untuk pewarna kimia terbuat dari bahan kimia. Ada beberapa yang membedakan dari kedua jenis pewarna pakaian alami dan sintetis.
Pewarna alami
ü Kelebihan
· Pewarna alami lebih sehat dan juga ramah lingkungan
· Limbah yang dihasilkan pewarna alami tidak menyebabkan pencemaran
ü Kekurangan
· Pewarna alami tidak mampu menghasilkan warna yang kuat
· Untuk pilihan warna sangat terbatas
· Tingkat ketahanan warna cukup buruk terlebih dalam cuaca panas
Pewarna sintetis
ü Kelebihan
· Warna yang dihasilkan lebih cerah
· Tahan terhadap panas
· Banyak pilihan warna dengan harga yang terlebih murah
Jenis-jenis pewarna industri tekstil sintetis untuk pakaian
Zat pewarna industri tekstil sintetis ialah pewarna pakaian yang berasal dari bahan-bahan kimia. Dibutuhkan reaksi kimia tertentu yang dapat menghasilkan warna yang nilainya stabil. Karena menggunakan reaksi kimia, warna yang dihasilkan lebih beragam daripada pewarna alami. Hal tersebut sangat cocok untuk kebutuhan industri fashion saat ini. Penggunaan warna yang tepat akan menjadi nilai lebih pada suatu pakaian. Zat pewarna sintetis ada banyak ragamnya. Diantaranya sebagai berikut ini.
1. Acid Dye
Acid dye ialah pewarna sintetis yang berbasis asam. Proses pewarnaan ini membutuhkan temperature yang tinggi, bahkan sampai mendekati titik didih. Bahan pewarna yang berasal dari asam dapat menghasilkan warna yang cerah dan tahan lama. Jenis pewarna acid dye cocok untuk segala jenis kain dengan serat protein. Contohnya kain wol, sutra, nilon, dan kasmir.
2. Basic Dye
Basic dye ini sering juga disebut sebagai bahan pewarna dasar. Basic dye mudah larut dalam air dan sering dimanfaatkan untuk pewarnaan pakaian dengan serat akrilik dan juga serat wol. Untuk mendapat menyerap warna lebih maksimal, penggunaan basic dye harus bersama dengan asam asetat.
3. Direct Dye
Direct dye biasa di sebut dengan substitutive dye. Direct dye biasanya sering dimanfaatkan untuk kain katun, wol, nilon dan sutra. Pewarna sintetis direct dye dapat menghasilkan warna yang cerah dan memiliki tingkat ketahanan yang baik terhadap sinar matahari. Namun direct dye ini memiliki resiko luntur yang tinggi. Sehingga membutuhkan teknik perawatan yang berbeda dari pewarna lainnya.
4. Van Dye
Van Dye atau biasanya disebut pewarna bejana ialah pewarna sintetis yang sering di gunakan oleh industri tekstil. Van Dye ini sedikit berbeda dengan pewarna lainnya dari segi kualitas, Van Dye jauh lebih unggul daripada direct dye atau acid dye. Hal tersebut sebanding dengan kualitas warna yang dihasilkan. Namun untuk harga van dye jauh lebih mahal daripada pewarna lainnya. Van dye cocok untuk kain dengan serat alami, seperti selulosa dan serat protein. Pewarna sintetis van dye membutuhkan bantuan dari zat sodium hidroksida. Tetapi pilihan warnanya cukup terbatas.
5. Mordant (chrome) Dye
Mordant atau chrome dye ialah zat pengikat warna yang hadir dalam wujud organic dan non organic. Penggunaan ini terbilang rumit dan juga mahal. Terdapat banyak pilihan warna, namun sayangnya tidak cukup baik menghasilkan warna yang cerah. Sehingga tidak banyak industri yang menggunakan pewarna sintetis ini dalam produksinya.
6. Pigment Dye
Pigment dye atau pewarna pigmen adalah pewarna yang tidak memiliki kemampuan larut dalam cairan apapun sehingga untuk prosesnya menggunakannya akan sedikit berbeda dari pewarna lainnya. Untuk industri tektil, jenis pewarna pigment dye ini sering digunakan untuk pewarnaan dengan teknik cetak saring.
7. Azoic Dye
Azoic dye atau biasanya kenal pewarna napthol ialah zat pewarna yang sering digunakan untuk pewarnaan kain batik. Penggunaannya cukup rumit dan membutuhkan proses yang panjang. Bila acid dye membutuhkan temperature yang tinggi, azoic dye kebalikannya. Zat azoic dye membutuhkan air dingin, makanya cocok sebagai pewarna batik. Pewarna sintetis Azoic dye memiliki sifat karsinogen yang bisa memicu kanker.
Semoga artikel ini bermanfaat!
Comments